rinta luva
Mengenai Saya
- ririn cantig
- sekarang aku adl mahasiswi smstr 5 yg mnjalani hari2ku d kota yg cukup asing (terdampar d makassar) d blog ni, aku hanya ingin share tugas kul aja.... semoga bermanfaat :)
Selasa, 24 April 2012
Makna Cincin pada Sebuah Pertalian Hati
Kupinang hatimu dengan ketulusan, kutandai dan kuhiasi jemarimu dengan sebuah cincin, menepikan hati dan jiwa pada keabadian. Kalimat seperti ini mungkin hanya merupakan penggalan dari beberapa kalimat yang mengukuhkan makna cincin dalam sebuah hubungan. Cincin merupakan sebuah tanda cinta. Simbol pertalian 2 hati yang saling berbagi dan melengkapi. Mas kawin pernikahan, pinangan, pertunangan atau ungkapan rasa seseorang terhadap kekasihnya umumnya ditandai dengan sebuah cincin. Cincin seakan mengukuhkan kesyakralan sebuah pertautan hati. Sedalam itukah maknanya?
Para peneliti purbakala menduga bahwa cincin berasal dari gelang yang dikenakan para wanita yang ditawan di zaman primitif. Lingkaran gelang di kaki dan lengan para wanita itu, perlahan-lahan dianggap sebagai pengikat yang menunjukkan bahwa wanita itu menjadi milik seorang pria dalam suku yang menawannya. Karena perkembangan aktivitas mereka, gelang-gelang tersebut kemudian diubah menjadi sebuah cincin. Tidak ada tahun yang pasti mengenai penggunaan cincin sebagai pengikat hubungan dua insan yang saling mengasihi. Berdasarkan penelusuran sejarah purbakala, bangsa Mesir merupakan orang pertama yang mengenakan cincin kawin dalam pernikahan. Baru pada tahun 900-an, para penganut Kristiani menggunakan cincin sebagai ikatan suci pernikahan.
Mengapa cincin berbentuk lingkaran?
Dalam tulisan hieroglif, lingkaran berarti keabadian.Cincin kawin dianggap sebagai lambang pernikahan yang abadi. Selanjutnya, cincin juga dianggap akan mengabadikan hubungan dua orang yang saling mencintai.
Secara filosofis, lingkaran merupakan lambang kelengkapan. Allah SWT menciptakan bumi ini seperti lingkaran, bulat dan berputar. Semua telah Dia sketsa dengan sempurna agar hamba-Nya mau memutar pikirannya untuk membaca, menggerakkan lidahnya untuk berbicara, melangkahkan kakinya untuk mencari, mengayunkan tanganya untuk mencoba-berusaha dan menyandarkan hatinya pada do’a yang tiada henti. Telah dicipta sebuah wacana Yang Maha Sempurna bahwa hidup tak selalu sama. Hubungan antarmanusia tak pernah berdiam di satu titik yang pasti. Kebahagiaan, kedukaan dan kematian, selalu berputar mengitari lingkaran hidup. Manusia hanya bisa memprediksi, menjalani dan berharap keabadian pertalian itu, tanpa bisa menentukan akhir cerita yang diperankannya. Lingkaran itu tak pernah berujung, dan sebuah cincin adalah harapan untuk selalu melingkari hati yang dikasihi.
Cincin juga identik dengan keindahan, terutama bagi jari pemakainya. Jari manis seorang perempuan merupakan pasangan serasi sebuah cincin untuk mengikatkan ketulusan. Bagi orang Yunani Kuno, mengenakan cincin di jari manis dipercaya akan mengalirkan energi positif pada vena yang melewati jari tersebut ke jantung. Pantesan, banyak perempuan yang berdebar-debar jantungnya dan akhirnya luluh perasaannya ketika dipasangkan cincin di jari manisnya. Mitos apa fakta ya? Yang realistis sih gini. Jari manis lebih sedikit digunakan daripada jari-jari yang lain, sehingga lebih nyaman mengenakan cincin atau hiasan lain di jari manis itu. Ya, langgeng tidaknya sebuah hubungan tidak bergantung kepada sebuah cincin. Sebuah benda mati tidak akan mengalahkan kekuatan hati, hanya ketulusan dan pengertian yang bisa menjaga keutuhan dua hati. Keabadian sejati hanya milik Yang Maha Abadi.
Kamis, 22 Desember 2011
Manajemen SDM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang produktif dan dituntut untuk berkarya guna menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk dapat bertahan hidup. Kemampuan atau sumber daya manusia digunakan sebaik-baiknya dalam suatu penciptaan sehingga organisasi atau perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni agar organisasi dapat bertahan lama.
Perbedaan sumber daya manusia satu dan manusia lainnya adalah mutlak, sebagaimana kita ketahui tidak satupun orang didunia ini yang memiliki kesamaan bahkan kembar identikpun tidak. Perbedaan sumber daya manusia akan memberikan perbedaan kesempatan kerja pula. Perusahaan dituntut untuk memilih sumber daya manusia yang baik yang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan manusia membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya sebagai manusia, tetapi karena adanya perbedaan sumber daya manusia maka perusahaan harus melakukan suatu penyeleksian untuk menyaring sumber daya yang mampu bekerja denagn baik sesuai dengan kemampuannya dan dibutuhkan perusahaan.
Pada kesempatan ini kami mendapatkan kesempatan untuk memaparkan makalah mengenai “seleksi” yang kami anggap penting karena sebagai calon pekerja tahap penyeleksian sangat penting untuk diketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor yang harus diperhatikan?
2. Bagaimana tahap penyeleksian untuk seorang pelamar?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan
2. Untuk mengetahui tahap penyeleksian untuk seorang pelamar
BAB II
PEMABAHASAN
SELEKSI
Proses seleksi pegawai merupakan salah satu bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena apakah dalam organisasi terdapt sekelompok pegawai yang memenuhi tuntutan organisasional atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi itu dilakukan.
Proses seleksi terdiri dari berbagai langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima dan pelamar mana yang akan ditolak. Proses seleksi dimulai dari penerimaan lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut. Langkah-langkah antara proses dimulai dan proses diakhiri merupakan usaha pengkaitan antara kepentingan calon pegawai dan kepentingan organisasi.
A. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHITUNGKAN
1. Penawaran tenaga kerja
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak jumlah pelamar untuk diseleksi, semakin baik bagi organisasi karena dengan demikian semakin besar jaminan bahwa pelamar yang terseleksi dan diterima menjadi pegawai benar-benar merupakan tenaga kerja yang paling memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan bagi pekerjaan yang akan dilakukan. Akan tetapi bukanlah hal yang mustahil bahwa jumlah pelamar kurang dari yang diharapkan.
Ada 2 kemungkinan mengapa hal demikian bisa terjadi, yaitu:
a. Imbalan yang rendah karena pekerjaan yang lowong berada pada anak tangga terendah dalam hierarkhi organisasi.
b. Sifat pekerjaan yang menuntut spesialisasi tinggi sehingga tidak banyak pencari kerja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan meskipun imbalannya cukup tinggi pula.
Dengan perkataan lain, mungkin saja perbandingan antara pelamar dan yang terpilih besar atau kecil. Dalam hal perbandingan itu kecil, perlu diperhatikan bahwa penyebabnya mungkin karena persyaratan yang harus dipenuhi memang berat, atau karena mutu pelamar rendah.
2. Tantangan etis
Memegang teguh norma-norma etika menuntut antara lain disiplin pribadi yang tinggi, kejujuran yang tidak tergoyahkan, integritas karakter serta obyektivitas yang didasarkan pada kriteria yang rasional. Hal ini sangat penting karena tidak mustahil perekrut dihadapkan kepada berbgai macam godaan, seperti menerima hadiah, disogok oleh pelamar, mengkatrol nilai seleksi dari pelamar yang mempunyai hubungan darah atau hal-hal lainnya yang mengakibatkan seorang perekrut mengambil keputusan yang didasarkan
3. Tantangan organisasional
4. Kesamaan kesempatan memperoleh pekerjaaan
B. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSE SELEKSI
Setiap perekrut tenaga kerja yang mempunyai rasa tanggungjawab secara profesional dapat dipastikan ingin dan berusaha agar melalui proses seleksi yang dilakukannya diperoleh tenaga kerja yang paling memenuhi syarat untuk mengisi lowongan yang tersedia. Agar sasaran itu tercapai, proses seleksi menggabungkan dua hal, yaitu berkaitan langsung dengan pekerjaan yang akan dilakukan apabila lamaran seseorang diterima dan faktor-faktor lain yang meskipun tidak langsung berkaitan dengan pekerjaannya kelak, akan tetapi memberikan gambaran yang lebih akurat tentang diri pelamar yang bersangkutan.
Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam proses seleksi ialah :
1. Penerimaan surat lamaran,
2. Penyelenggaraan ujian,
3. Wawancara seleksi,
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya,
5. Evaluasi kesehatan,
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
7. Pengenalan pekerjaan,
8. Keputussan atas lamaran.
Langkah diatas akan dibahas secara singkat, yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan surat lamaransikapOrganisasi pemakai tenaga kerja menempuh langkah ini guna memperoleh kesan pertama tentang pelamar melalui pengamatan tetang penampilan, , dan faktor-faktor lain yang dipandang relevan. Dari kesan pertama inilah perusahaan akan mengambil keputusan apakah pelamar akan melanjutkan langkah berikutnya atau tidak. Bagi pelamar, kunjungan pertama ke organisasi dapat memutuskan apakah ia akan melanjutkan keinginannya untuk berkarya di organisasi itu atau tidak.
Jika pada kesan pertama keduanya mendapatkan kesan positif maka perkerut akan mengambil langkah berikutnya.
2. Penyelenggaraan ujian
Berbagai ujian diselenggarakan dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang obyektif dan dengan tingkat akurasi yang tinggi tentang cocok tidaknya pelamar dengan jabatan atau pekerjaan yang akn dipekerjakan kepadanya.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis tes yang ditempuh oleh pelamar, yaitu:
a. Tes psikologi
b. Tes yang menguji pengetahuan pelamar
c. Tes pelaksaan kerja
3. Wawancara seleksi
Wawancara sebagai alat seleksi merupakan pembicaraan formal antara perekrut dengan pelamar.
Tipe-tipe wawancara, saat ini dikenal paling sedikit lima jenis wawancara, yaitu:
a. Wawancara tidak terstruktur
b. Wawancara terstruktur
c. Gabungan antara tidak terstruktur dan terstruktur
d. Pemecahan masalah
e. Wawancara dalam situasi stres
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya
Permintaan informasi referensi dari orang-orang tertentu merupakan usaha yang sistematik untuku mengetahui lebih mendalam tentang latar belakang seorang pelamar. Pentingnya pengetahuan tentang latar belakang tersebut berbeda dari seorang pelamar ke pelamar yang lain, tergantung pada jabatan yang dipangkunya dan tugas pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya.
Pengecekan latar belakang tersebut sangat intensif karena disamping kemampuan, dituntut pula berbagai persyaratan lainnya seperti loyalitas, kejujuran, integritas kepribadian dan syarat-syarat lain yang sejenis.
5. Evaluasi kesehatan
Evaluasi kesehatan dimaksudkan untuk menjaminbahwa pelamar berada dalam kondisi fisik yang sehat.
Tujuan yang ingin dicapi dalam evaluasi kegiatan, antara lain :
a. Menjamin bahwa pelamar tidak menderita penyakit kronis dan menular;
b. Memperoleh informasi apakah secara fisik pelamar mampu menghadapi tantangan dan tekanan tugas pekerjaannya;
c. Memperoleh Gambaran tetang tinggi rendahnya premi asuransi yang harus dibayar terutama dalam hal organisasilah yang membayar premi tersebut bagi karyawannya, suatu praktek yang terdapat dalam banyak organisasi pemakai tenaga kerja.
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya
Hal ini sangat penting agar seorang pelamar dapat merasa nyaman dengan orang-orang dari perusahaan tersebut.
7. Pengenalan pekerjaan
Seorang pelamar akan melakukan suatu pekerjaan maka penyelia akan memberi tahukan apasaja yang akan dialkukan oleh seorang pelamar ketika telah menjadi bagian organisasi
8. Keputusan atas lamaran
Setelah tahap-tahap diatas telah usai maka organisasi akan mengambil keputusan untuk seorang pelamar apakah akan diterima atau ditolak jika diterima maka langkah berikutnya adalah penempatan pegawai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Faktor- faktor yang harus diperhitungkan
a. Penawaran tenaga kerja
b. Tantangan etis
c. Tantangan organisasional
d. Kesamaan kesempatan memperoleh kerja
2. Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam proses seleksi ialah :
1. Penerimaan surat lamaran,
2. Penyelenggaraan ujian,
3. Wawancara seleksi,
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya,
5. Evaluasi kesehatan,
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
7. Pengenalan pekerjaan,
8. Keputusan atas lamaran.
B. SARAN DAN KRITIK
Sebagai calon pekerja maka kita harus memahami proses seleksi ini
DAFTAR PUSTAKA
S.P SIAGIAN, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, JAKARTA:BUMI AKSARA, 2010
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang produktif dan dituntut untuk berkarya guna menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk dapat bertahan hidup. Kemampuan atau sumber daya manusia digunakan sebaik-baiknya dalam suatu penciptaan sehingga organisasi atau perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni agar organisasi dapat bertahan lama.
Perbedaan sumber daya manusia satu dan manusia lainnya adalah mutlak, sebagaimana kita ketahui tidak satupun orang didunia ini yang memiliki kesamaan bahkan kembar identikpun tidak. Perbedaan sumber daya manusia akan memberikan perbedaan kesempatan kerja pula. Perusahaan dituntut untuk memilih sumber daya manusia yang baik yang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan manusia membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya sebagai manusia, tetapi karena adanya perbedaan sumber daya manusia maka perusahaan harus melakukan suatu penyeleksian untuk menyaring sumber daya yang mampu bekerja denagn baik sesuai dengan kemampuannya dan dibutuhkan perusahaan.
Pada kesempatan ini kami mendapatkan kesempatan untuk memaparkan makalah mengenai “seleksi” yang kami anggap penting karena sebagai calon pekerja tahap penyeleksian sangat penting untuk diketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor yang harus diperhatikan?
2. Bagaimana tahap penyeleksian untuk seorang pelamar?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan
2. Untuk mengetahui tahap penyeleksian untuk seorang pelamar
BAB II
PEMABAHASAN
SELEKSI
Proses seleksi pegawai merupakan salah satu bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena apakah dalam organisasi terdapt sekelompok pegawai yang memenuhi tuntutan organisasional atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi itu dilakukan.
Proses seleksi terdiri dari berbagai langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima dan pelamar mana yang akan ditolak. Proses seleksi dimulai dari penerimaan lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut. Langkah-langkah antara proses dimulai dan proses diakhiri merupakan usaha pengkaitan antara kepentingan calon pegawai dan kepentingan organisasi.
A. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHITUNGKAN
1. Penawaran tenaga kerja
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak jumlah pelamar untuk diseleksi, semakin baik bagi organisasi karena dengan demikian semakin besar jaminan bahwa pelamar yang terseleksi dan diterima menjadi pegawai benar-benar merupakan tenaga kerja yang paling memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan bagi pekerjaan yang akan dilakukan. Akan tetapi bukanlah hal yang mustahil bahwa jumlah pelamar kurang dari yang diharapkan.
Ada 2 kemungkinan mengapa hal demikian bisa terjadi, yaitu:
a. Imbalan yang rendah karena pekerjaan yang lowong berada pada anak tangga terendah dalam hierarkhi organisasi.
b. Sifat pekerjaan yang menuntut spesialisasi tinggi sehingga tidak banyak pencari kerja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan meskipun imbalannya cukup tinggi pula.
Dengan perkataan lain, mungkin saja perbandingan antara pelamar dan yang terpilih besar atau kecil. Dalam hal perbandingan itu kecil, perlu diperhatikan bahwa penyebabnya mungkin karena persyaratan yang harus dipenuhi memang berat, atau karena mutu pelamar rendah.
2. Tantangan etis
Memegang teguh norma-norma etika menuntut antara lain disiplin pribadi yang tinggi, kejujuran yang tidak tergoyahkan, integritas karakter serta obyektivitas yang didasarkan pada kriteria yang rasional. Hal ini sangat penting karena tidak mustahil perekrut dihadapkan kepada berbgai macam godaan, seperti menerima hadiah, disogok oleh pelamar, mengkatrol nilai seleksi dari pelamar yang mempunyai hubungan darah atau hal-hal lainnya yang mengakibatkan seorang perekrut mengambil keputusan yang didasarkan
3. Tantangan organisasional
4. Kesamaan kesempatan memperoleh pekerjaaan
B. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSE SELEKSI
Setiap perekrut tenaga kerja yang mempunyai rasa tanggungjawab secara profesional dapat dipastikan ingin dan berusaha agar melalui proses seleksi yang dilakukannya diperoleh tenaga kerja yang paling memenuhi syarat untuk mengisi lowongan yang tersedia. Agar sasaran itu tercapai, proses seleksi menggabungkan dua hal, yaitu berkaitan langsung dengan pekerjaan yang akan dilakukan apabila lamaran seseorang diterima dan faktor-faktor lain yang meskipun tidak langsung berkaitan dengan pekerjaannya kelak, akan tetapi memberikan gambaran yang lebih akurat tentang diri pelamar yang bersangkutan.
Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam proses seleksi ialah :
1. Penerimaan surat lamaran,
2. Penyelenggaraan ujian,
3. Wawancara seleksi,
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya,
5. Evaluasi kesehatan,
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
7. Pengenalan pekerjaan,
8. Keputussan atas lamaran.
Langkah diatas akan dibahas secara singkat, yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan surat lamaransikapOrganisasi pemakai tenaga kerja menempuh langkah ini guna memperoleh kesan pertama tentang pelamar melalui pengamatan tetang penampilan, , dan faktor-faktor lain yang dipandang relevan. Dari kesan pertama inilah perusahaan akan mengambil keputusan apakah pelamar akan melanjutkan langkah berikutnya atau tidak. Bagi pelamar, kunjungan pertama ke organisasi dapat memutuskan apakah ia akan melanjutkan keinginannya untuk berkarya di organisasi itu atau tidak.
Jika pada kesan pertama keduanya mendapatkan kesan positif maka perkerut akan mengambil langkah berikutnya.
2. Penyelenggaraan ujian
Berbagai ujian diselenggarakan dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang obyektif dan dengan tingkat akurasi yang tinggi tentang cocok tidaknya pelamar dengan jabatan atau pekerjaan yang akn dipekerjakan kepadanya.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis tes yang ditempuh oleh pelamar, yaitu:
a. Tes psikologi
b. Tes yang menguji pengetahuan pelamar
c. Tes pelaksaan kerja
3. Wawancara seleksi
Wawancara sebagai alat seleksi merupakan pembicaraan formal antara perekrut dengan pelamar.
Tipe-tipe wawancara, saat ini dikenal paling sedikit lima jenis wawancara, yaitu:
a. Wawancara tidak terstruktur
b. Wawancara terstruktur
c. Gabungan antara tidak terstruktur dan terstruktur
d. Pemecahan masalah
e. Wawancara dalam situasi stres
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya
Permintaan informasi referensi dari orang-orang tertentu merupakan usaha yang sistematik untuku mengetahui lebih mendalam tentang latar belakang seorang pelamar. Pentingnya pengetahuan tentang latar belakang tersebut berbeda dari seorang pelamar ke pelamar yang lain, tergantung pada jabatan yang dipangkunya dan tugas pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya.
Pengecekan latar belakang tersebut sangat intensif karena disamping kemampuan, dituntut pula berbagai persyaratan lainnya seperti loyalitas, kejujuran, integritas kepribadian dan syarat-syarat lain yang sejenis.
5. Evaluasi kesehatan
Evaluasi kesehatan dimaksudkan untuk menjaminbahwa pelamar berada dalam kondisi fisik yang sehat.
Tujuan yang ingin dicapi dalam evaluasi kegiatan, antara lain :
a. Menjamin bahwa pelamar tidak menderita penyakit kronis dan menular;
b. Memperoleh informasi apakah secara fisik pelamar mampu menghadapi tantangan dan tekanan tugas pekerjaannya;
c. Memperoleh Gambaran tetang tinggi rendahnya premi asuransi yang harus dibayar terutama dalam hal organisasilah yang membayar premi tersebut bagi karyawannya, suatu praktek yang terdapat dalam banyak organisasi pemakai tenaga kerja.
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya
Hal ini sangat penting agar seorang pelamar dapat merasa nyaman dengan orang-orang dari perusahaan tersebut.
7. Pengenalan pekerjaan
Seorang pelamar akan melakukan suatu pekerjaan maka penyelia akan memberi tahukan apasaja yang akan dialkukan oleh seorang pelamar ketika telah menjadi bagian organisasi
8. Keputusan atas lamaran
Setelah tahap-tahap diatas telah usai maka organisasi akan mengambil keputusan untuk seorang pelamar apakah akan diterima atau ditolak jika diterima maka langkah berikutnya adalah penempatan pegawai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Faktor- faktor yang harus diperhitungkan
a. Penawaran tenaga kerja
b. Tantangan etis
c. Tantangan organisasional
d. Kesamaan kesempatan memperoleh kerja
2. Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam proses seleksi ialah :
1. Penerimaan surat lamaran,
2. Penyelenggaraan ujian,
3. Wawancara seleksi,
4. Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-surat resensinya,
5. Evaluasi kesehatan,
6. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
7. Pengenalan pekerjaan,
8. Keputusan atas lamaran.
B. SARAN DAN KRITIK
Sebagai calon pekerja maka kita harus memahami proses seleksi ini
DAFTAR PUSTAKA
S.P SIAGIAN, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, JAKARTA:BUMI AKSARA, 2010
makalah perkembangan peserta didik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan terrsebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Oleh karenanya, disamping individu harus memahami orang lain dan memahami kehidupan juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkungan, serta memahami pula bahwa ia adalah mahluk Tuhan. Sebagai mahluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-keburhan fisik dan psikologis, dan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu (yang juga dikenal sebagai kebutuhan pribadi)dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosio psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.
B. Rumusan masalah
Ada beberapa rumusan masalaha dalam menyelesaikan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Apa yang di butuhkan oleh remaja ?
2. Apa yang di butuh oleh individu atau pribadi seseorang?
3. Masalah yang dihadapi oleh remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu kebutuhan remaja.
2. Untuk kebutuhan individu.
3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Remaja
1. Teori kebutuhan individu
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Ikebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam peribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu pebuatan untuk mencapai tujuan tertentu (suryabrata, 1971 & lifton, 1982). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Lebih lanjut Lifton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami gomncangan atau ketidak seimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebuthan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. kebuthan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain adalah: makan, minum, bernafas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapa bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder pada umunya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari , seperrti misalanya kebutuhan untuk mengajar pengetahuan, kebutuhan untuki mengikuti pola hidup masyarakat, dan semacamnya. Dalam perkembanga kehidupan yang semakin kompleks, pemisahan jenis kebutuhan yang didorong oleh motif asli dan motif-motif yang lain semakin sukar dibedakan.
Dalam kehidupan sehari sering dikenal pula adanya kebutuhan pokok (primer);seperti pangan, sandang, dan papan, dan kebtuthan kedua (sekunder); seperti hiburan, alat transportasi, dan semacamnya. Kebutuhan pokok dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak dan harus segera dipenuhi, sedang kebutuhan kedua pemenuhannya dapat ditunda bilamana perlu dan dilihat pada skala prioritasnya. Kebutuhan sosial psikologis seoran gindividu terusd mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kondisi kehidupannya yang semakin luas dan kompleks.
Menurut teori Freud, sruktur kepribadian seseorang berunsur tiga komponen utama, yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya merrupakan faktor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psikonalisis Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang pada hakekatnya berada pada id, senantiasa akan muncul pada setiap perilakui. Id di kenal sebagai instink pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan instink pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional; berdasarkan ego-nya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan bardasarkan kenyataan (realita), berfungsi menghambat munculklnya dorongan asli (id) secara bebas dalam berbagai bentuk. Dengan demikian tugas ego adalah menyakaraskan (menyeimbangkan) pertentanga yang terjadi antara id dan tuntutan sosial. Superego mjerupakan bagian dari konsep diri, yang di dalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem moral dan ideal.
Erikcson ( Buss, 1978 ) dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego.dalam hal ini, erickson lebih melihat kepentingan sosial. Revisi Erickson ini dimaksud bahwa kebutuhan kebutuhan dalam perkembangan manusia perlu lebih dilihat dari sisi kepentingan sosial.
Rogers ( Buss, 1978 ) juga mengemukakan pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa seseorang individu pada hakekatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi dan bakatnya untuk mencapai tignkat perkembangan pribadi yang sempurna atau mapan. Rogers menyatakan dakam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi dir. Apabila pengaktualisasi diri itu daspat diwujudkan, maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu telah mencapai tingkat pertumbuhan pribadi yang semakin luas lingkupnya dengan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Manusia dapat beraktualiasasi diri dengan baik apabila telah mampu memperluas atau mengembangkan konsep dirinya.
Menurut Maslow, manusia itu melakukan tindakan atau perbuatannya karena didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar itu tersusun secara herarkis dari yang terendah ke kebutuhan yang tertinggi, yaitu dimulai dari kebutuhan jasmani, keamanan, cinta kasih, penghargaan sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Ini berarti bahwa seseorang bukan merasa memerlukan perlindungan atau keamana sebelum dipenuhinya kebuthan jasmaniah seperti maka, minum, istiraha, udara segar, dan seks. Teapi 80 % kebutuhan jasmaniah ini terpenuhi, makan akan mumcula rasa kebutuhan keamanan dengan kekuatan sekitar 150 %. Begitu seharusnya menurut Maslow.
Lain halnya dengan Lewis (1993) menyatakan bahwa kegiatan manusia itu didorong oleh kebutuhan jasmaniah psikologis, ekonomi, sosial, politik, penghargaan, dan aktualisasi diri. Tampaknya mereka mengembangkan dua kebutuhan dasar manusia menurut Maslow ( kebutuhan keaman dan cinta kasih )ke dalam empat kebutuhan dasar yaitu psikolgois, ekonomi, social, dan politik.
Sejak bayi, kehidupan manusia kecil itu perilakunya didominasi oleh kebuthan-kebuthan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut deficiency nedd yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk tetap hidup (suvival) pada kehidupan di tahun-tahun berikutnya. Kemudian muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri, yang hal ini terjadi karena faktor lingkungan dan faktor belaja; seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki ( ditandai berkembangnnya “aku” manusia kecil), kebutuhan harga diri, kebutuhan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Kebutuhan tersebut oleh Murray (Lindgren, 1980) dinyatakan sebagai need for aflication atau dikenal sebagai n’ Aff dan i need for achievement sebagai n’ Ach. n’ Aff ini oleh Rogers dan Maslow (1954) dikenal sebagai self actualizing need. Kebutuhan untuk mengaktualisasi dir ditandai oleh berkembangnya kemampuan mengekpresi diri taitu menyatakan potensi yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan kompeten
2. Kebuthan remaja, masalah, dan konsekuensinya
a. Kebutuhan remaja
Bebrapa jenis kebutuhan ramaja dapat disebutkan antara lain adalah:
a) Kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, seks;
b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutihan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenala dengan n’Aff (need of aflication).
c) Kebutuhan berprestasi atau need of achieven ( yang dikenal dengan n’ Ach), yang berkembang karena didorong utnuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psiko-fisis;
d) Kebutuhan untuk mempertahankan dir dan mengmbangkan jenis.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall (Liebert, dkk , 1974) memandangnya bahwa masa remaja ini sebagai masa storm and stress. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berusaha menemukan jati dirinya (identitasnya). Usaha penemua jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekata, agar ia dapat mengaktualisasi secar baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosio-psikologis di masa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan prises pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti hanya pertumbuhan fisik yang ditandai denga muunculnya tanda-tanda kelamin sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat kematanga fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebuthan fisik dan kebutuhan sosial psikologis, namun pada masa remaja ini kebutuhan sosial psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit dilakukan secara tegas. Sebagai contoh, “makan” adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi pada jenjang masa remaja” makan bersama dengan orang tertentu” yang berlaku di dalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebuthan yang tidak hanya dikelompokkan sebagai kebuthan fisik semata. Kebuthan tersebut dapat dikelolmpokkan kedalam kebutuhan ewmosional.
Disamping itu remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya. Remaja butuh pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanak tugas seperti orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbutan yang dikerjakannya. Faktor non fisik, yang secar integratif tergabung di dalam faktor sosio-psikologis dijiwai tiga potensi dasar yang dimiliki manusia yaitu pikir, rasa, dan kehendak. Kegiatannya secara potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan didalam kehidupan bermasyarakat, dan tentu saja ia(mereka) berupaya untuk mengikuti norma-norma itu.
Dalam kehidupan dunia modern, manusia tidak saja hanya berfikir tentang kebutuhan pokok, mereka telah lebih maju. Pemikirannya tela bercakrawala luas, oleh karen itu kebutuhan pukuknya sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan, misalnya, telah menjadi kebutuhan hidupanya yang mendasak, bahkan telah masuk pada daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati lingkungan, bahwa peilaku ini tentu ada faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan pengembang sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih kanjut untuk menjadi orang yang berprestasi dan berhasil.
b. Masalah dan konsekuensinya
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Upayah untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak seemuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang dilain pihak harapa ditumpukan pada remaja muda untuk dapat eletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan perilaku.
b) Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan ffisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hak ini disebakan karena perrtumbuhan tubuhnya diras kurang serasi. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang.
c) Perkembangan pada fungsi seks pada masa ini dapa meimbulkan kebungunan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menetang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamain dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dan berperilaku “menentang norma” ndan bagi bramaja perempuan akan berpeilaku” mengurung diri” atau menjauhi pergaulan dengan senaya lain jenis.
d) Dalam memasuki kehiduoan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan kebanyakam akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional.
e) Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendir untuk hidup mandiri secara social ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja haru menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keagamaan norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebay remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
f) Berbagai norma dan nilai yuan gberlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja; sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini pera remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendiri bagi kehidupan remaja.
B. Pemenuhan Kebutuhan Remaja Dan Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupaka kebutuhan untuk mempertahankan kabutuhannya agar tetap survival. Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa dimasa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kiebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan peribadi dan pengembangan psikososial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, ekolah dan lingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja. Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani dan pentignnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup waspada dan secara dini menjelaskan dan memberikan pengerrtian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama perempuan) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Dalam pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu ia (mereka) telah menyadari akan adanya norma agama, sosial, dan hukum, remaja melakukannya secara diam-diam melalui aktivitas onani masturbasi. Karena itu pendidikan seks di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan perhatian. Program bimbingan keluarga seperti bimbingan perkawinan, dan dilakukan ileh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya.
Sekolah sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuka memberikan ceramah atau penjelasan tentenag masalah-masalah remaja,khusunya seeksual. Dismaping itu kegiatan kelompok seperti olahraga, karang tarauna, wisata karya, dan sebagainya yang dibimibing dan diawasi oleh guru adalah merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk penyaluran dorongan kebutuhan eksual para siswa yang sehat.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan terrsebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Oleh karenanya, disamping individu harus memahami orang lain dan memahami kehidupan juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkungan, serta memahami pula bahwa ia adalah mahluk Tuhan. Sebagai mahluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-keburhan fisik dan psikologis, dan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu (yang juga dikenal sebagai kebutuhan pribadi)dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosio psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.
B. Rumusan masalah
Ada beberapa rumusan masalaha dalam menyelesaikan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Apa yang di butuhkan oleh remaja ?
2. Apa yang di butuh oleh individu atau pribadi seseorang?
3. Masalah yang dihadapi oleh remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu kebutuhan remaja.
2. Untuk kebutuhan individu.
3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Remaja
1. Teori kebutuhan individu
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Ikebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam peribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu pebuatan untuk mencapai tujuan tertentu (suryabrata, 1971 & lifton, 1982). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Lebih lanjut Lifton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami gomncangan atau ketidak seimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebuthan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. kebuthan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain adalah: makan, minum, bernafas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapa bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder pada umunya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari , seperrti misalanya kebutuhan untuk mengajar pengetahuan, kebutuhan untuki mengikuti pola hidup masyarakat, dan semacamnya. Dalam perkembanga kehidupan yang semakin kompleks, pemisahan jenis kebutuhan yang didorong oleh motif asli dan motif-motif yang lain semakin sukar dibedakan.
Dalam kehidupan sehari sering dikenal pula adanya kebutuhan pokok (primer);seperti pangan, sandang, dan papan, dan kebtuthan kedua (sekunder); seperti hiburan, alat transportasi, dan semacamnya. Kebutuhan pokok dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak dan harus segera dipenuhi, sedang kebutuhan kedua pemenuhannya dapat ditunda bilamana perlu dan dilihat pada skala prioritasnya. Kebutuhan sosial psikologis seoran gindividu terusd mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kondisi kehidupannya yang semakin luas dan kompleks.
Menurut teori Freud, sruktur kepribadian seseorang berunsur tiga komponen utama, yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya merrupakan faktor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psikonalisis Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang pada hakekatnya berada pada id, senantiasa akan muncul pada setiap perilakui. Id di kenal sebagai instink pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan instink pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional; berdasarkan ego-nya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan bardasarkan kenyataan (realita), berfungsi menghambat munculklnya dorongan asli (id) secara bebas dalam berbagai bentuk. Dengan demikian tugas ego adalah menyakaraskan (menyeimbangkan) pertentanga yang terjadi antara id dan tuntutan sosial. Superego mjerupakan bagian dari konsep diri, yang di dalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem moral dan ideal.
Erikcson ( Buss, 1978 ) dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego.dalam hal ini, erickson lebih melihat kepentingan sosial. Revisi Erickson ini dimaksud bahwa kebutuhan kebutuhan dalam perkembangan manusia perlu lebih dilihat dari sisi kepentingan sosial.
Rogers ( Buss, 1978 ) juga mengemukakan pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa seseorang individu pada hakekatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi dan bakatnya untuk mencapai tignkat perkembangan pribadi yang sempurna atau mapan. Rogers menyatakan dakam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi dir. Apabila pengaktualisasi diri itu daspat diwujudkan, maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu telah mencapai tingkat pertumbuhan pribadi yang semakin luas lingkupnya dengan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Manusia dapat beraktualiasasi diri dengan baik apabila telah mampu memperluas atau mengembangkan konsep dirinya.
Menurut Maslow, manusia itu melakukan tindakan atau perbuatannya karena didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar itu tersusun secara herarkis dari yang terendah ke kebutuhan yang tertinggi, yaitu dimulai dari kebutuhan jasmani, keamanan, cinta kasih, penghargaan sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Ini berarti bahwa seseorang bukan merasa memerlukan perlindungan atau keamana sebelum dipenuhinya kebuthan jasmaniah seperti maka, minum, istiraha, udara segar, dan seks. Teapi 80 % kebutuhan jasmaniah ini terpenuhi, makan akan mumcula rasa kebutuhan keamanan dengan kekuatan sekitar 150 %. Begitu seharusnya menurut Maslow.
Lain halnya dengan Lewis (1993) menyatakan bahwa kegiatan manusia itu didorong oleh kebutuhan jasmaniah psikologis, ekonomi, sosial, politik, penghargaan, dan aktualisasi diri. Tampaknya mereka mengembangkan dua kebutuhan dasar manusia menurut Maslow ( kebutuhan keaman dan cinta kasih )ke dalam empat kebutuhan dasar yaitu psikolgois, ekonomi, social, dan politik.
Sejak bayi, kehidupan manusia kecil itu perilakunya didominasi oleh kebuthan-kebuthan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut deficiency nedd yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk tetap hidup (suvival) pada kehidupan di tahun-tahun berikutnya. Kemudian muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri, yang hal ini terjadi karena faktor lingkungan dan faktor belaja; seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki ( ditandai berkembangnnya “aku” manusia kecil), kebutuhan harga diri, kebutuhan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Kebutuhan tersebut oleh Murray (Lindgren, 1980) dinyatakan sebagai need for aflication atau dikenal sebagai n’ Aff dan i need for achievement sebagai n’ Ach. n’ Aff ini oleh Rogers dan Maslow (1954) dikenal sebagai self actualizing need. Kebutuhan untuk mengaktualisasi dir ditandai oleh berkembangnya kemampuan mengekpresi diri taitu menyatakan potensi yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan kompeten
2. Kebuthan remaja, masalah, dan konsekuensinya
a. Kebutuhan remaja
Bebrapa jenis kebutuhan ramaja dapat disebutkan antara lain adalah:
a) Kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, seks;
b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutihan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenala dengan n’Aff (need of aflication).
c) Kebutuhan berprestasi atau need of achieven ( yang dikenal dengan n’ Ach), yang berkembang karena didorong utnuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psiko-fisis;
d) Kebutuhan untuk mempertahankan dir dan mengmbangkan jenis.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall (Liebert, dkk , 1974) memandangnya bahwa masa remaja ini sebagai masa storm and stress. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berusaha menemukan jati dirinya (identitasnya). Usaha penemua jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekata, agar ia dapat mengaktualisasi secar baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosio-psikologis di masa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan prises pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti hanya pertumbuhan fisik yang ditandai denga muunculnya tanda-tanda kelamin sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat kematanga fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebuthan fisik dan kebutuhan sosial psikologis, namun pada masa remaja ini kebutuhan sosial psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit dilakukan secara tegas. Sebagai contoh, “makan” adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi pada jenjang masa remaja” makan bersama dengan orang tertentu” yang berlaku di dalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebuthan yang tidak hanya dikelompokkan sebagai kebuthan fisik semata. Kebuthan tersebut dapat dikelolmpokkan kedalam kebutuhan ewmosional.
Disamping itu remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya. Remaja butuh pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanak tugas seperti orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbutan yang dikerjakannya. Faktor non fisik, yang secar integratif tergabung di dalam faktor sosio-psikologis dijiwai tiga potensi dasar yang dimiliki manusia yaitu pikir, rasa, dan kehendak. Kegiatannya secara potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan didalam kehidupan bermasyarakat, dan tentu saja ia(mereka) berupaya untuk mengikuti norma-norma itu.
Dalam kehidupan dunia modern, manusia tidak saja hanya berfikir tentang kebutuhan pokok, mereka telah lebih maju. Pemikirannya tela bercakrawala luas, oleh karen itu kebutuhan pukuknya sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan, misalnya, telah menjadi kebutuhan hidupanya yang mendasak, bahkan telah masuk pada daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati lingkungan, bahwa peilaku ini tentu ada faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan pengembang sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih kanjut untuk menjadi orang yang berprestasi dan berhasil.
b. Masalah dan konsekuensinya
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Upayah untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak seemuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang dilain pihak harapa ditumpukan pada remaja muda untuk dapat eletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan perilaku.
b) Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan ffisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hak ini disebakan karena perrtumbuhan tubuhnya diras kurang serasi. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang.
c) Perkembangan pada fungsi seks pada masa ini dapa meimbulkan kebungunan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menetang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamain dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dan berperilaku “menentang norma” ndan bagi bramaja perempuan akan berpeilaku” mengurung diri” atau menjauhi pergaulan dengan senaya lain jenis.
d) Dalam memasuki kehiduoan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan kebanyakam akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional.
e) Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendir untuk hidup mandiri secara social ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja haru menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keagamaan norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebay remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
f) Berbagai norma dan nilai yuan gberlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja; sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini pera remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendiri bagi kehidupan remaja.
B. Pemenuhan Kebutuhan Remaja Dan Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupaka kebutuhan untuk mempertahankan kabutuhannya agar tetap survival. Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa dimasa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kiebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan peribadi dan pengembangan psikososial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, ekolah dan lingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja. Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani dan pentignnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup waspada dan secara dini menjelaskan dan memberikan pengerrtian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama perempuan) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Dalam pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu ia (mereka) telah menyadari akan adanya norma agama, sosial, dan hukum, remaja melakukannya secara diam-diam melalui aktivitas onani masturbasi. Karena itu pendidikan seks di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan perhatian. Program bimbingan keluarga seperti bimbingan perkawinan, dan dilakukan ileh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya.
Sekolah sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuka memberikan ceramah atau penjelasan tentenag masalah-masalah remaja,khusunya seeksual. Dismaping itu kegiatan kelompok seperti olahraga, karang tarauna, wisata karya, dan sebagainya yang dibimibing dan diawasi oleh guru adalah merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk penyaluran dorongan kebutuhan eksual para siswa yang sehat.
Langganan:
Postingan (Atom)