Mengenai Saya

Foto saya
sekarang aku adl mahasiswi smstr 5 yg mnjalani hari2ku d kota yg cukup asing (terdampar d makassar) d blog ni, aku hanya ingin share tugas kul aja.... semoga bermanfaat :)

Minggu, 11 Juli 2010

makalah ttg seks remaja meresahkan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan seks remaja tidak ada pada ayam, itik, kucing, anjing, kambing dan lembu. Kehidupan seks mereka ternyata tertib sekali bila dibandingkan dengan manusia. Jadwalnya lebih teratur dan tujuannya lebih sederhana. Berbagai binatang mengenal ritual seks, umpamanya ayam jantan yang romantis bergerak-gerak melebarkan sayap merayu betina. Kepala itik jantan naik turun memanifestasikan birahinya. Kucing hingar bingar.
Namun, otak mereka tidak mampu memikirkan seluk-beluk moral, tidak mampu merisaukan etika seksual. Kalau binatang itu sudah dewasa bekerjalah hormon seks, terciumlah bau kelenjar yang membangkitkan birahi, dan mereka berhubungan seks. Hormon seks datangnya bermusim-musim, jadi hubungan seks terikat pada musim. Di luar musim, kehadiran betina yang ayu tidak mampu merangsang birahi sang jantan. Sentuhan jantan yang ngganteng tidak menggetarkan hati sang betina. Dan tujuan kehidupan seks mereka cuma satu: untuk reproduksi, untuk mendapatkan keturunan.
Rupanya manusia dikodratkan jadi makhluk yang bebas dan nakal. Nafsu seks mereka, astagafirullah, bisa tergugah sembarang waktu. Tidak mengenal musim. Kehidupan seks yang pada dasarnya dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan, lalu dimanipulasi. Melalui lembaga manusia, terkadang fungsinya menjadi status sosial, misalnya beristri tiga atau empat untuk gengsi. Atau fungsinya menjadi pemuas naluri dasar di luar perkawinan, pemuasan nafsu seks semata dan kehamilan dicegah.
Seks malah menjadi industri penting dengan dalih mehingkatkan kesempatan kerja dan mensukseskan proyek turisme. Dalam perwujudannya yang lebih halus seks dirangkai menjadi barang seni atau cerita manis: Kisah Cassanova, Kisah Don Yuan, Koka Shastra, Kama Sutra, Seni Sanggama. Abad modern menelurkan pelbagai Bom Seks kaliber internasional, menghasilkan pelacur kakap yang bukunya lebih laris dari karangan Rendra atau Ashadi.
Perlu Diributkan? Nah, apakah seks masih perlu diributkan? Perlu. Sebab kenakalan seks tidak lagi terbatas pada orang dewasa, pada pelaut, pada orang berpangkat, pada wanita simpanan, pada pelacur segala kelas, tapi sudah menghinggapi para remaja, generasi penerus.



B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis menarik beberapa rumusan masalah yaitu:

Bagaimana perilaku seks remaja masa kini?
Apakah faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut?
Apakah dampak yang di timbulkan?
Bagaimana solusi terhadap hal tersebut?






BAB II
PEMBAHASAN

A. SEKS REMAJA MERESAHKAN
Remaja yang biasanya ceria, akrab dengan keluarga tiba-tiba mengucilkan diri. Kebanyakan orangtua berprasangka anaknya terjerat narkoba jika perilakunya berubah.
Tapi ada faktor lain yang bisa membuat perilaku remaja tiba-tiba berubah menjadi tertutup dan mengasingkan diri dari keluarga.
Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya.
Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Istilah kumpul kebo berasal dari Jawa, maknanya hidup bersama antara lelaki dan perempuan tanpa ikatan nikah, hingga ibarat kerbau. Istilah itu mulai dikenal secara luas sejak tahun 1980-an, ketika media massa (cetak) kala itu menurunkan laporan utama tentang perilaku sejumlah mahasiswa dan mahasiswi di Jogjakarta yang mempraktekkan hidup bersama di luar nikah (samen leven). Hingga kini, istilah itu tetap populer sebagaimana juga perilaku buruk kumpul kebo yang makin menggejala.
Berdasarkan survei Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Jogjakarta tahun 2001, pola hidup seks bebas di kalangan anak remaja secara umum dan di pondokan atau kos-kosan, khususnya di daerah Kota Jogjakarta, berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol yang mereka terima.
Kalangan ulama pun sudah mensinyalir, bahwa rumah pondokan (kos-kosan) telah menjadi sarang berlangsungnya praktik kumpul kebo. Setidaknya, sebagaimana pernah dinyatakan oleh Prof. Dr. Abdullah Syah, MA .Oleh karena itu, menurut beliau, masyarakat beserta elemen pemerintahan dari tingkat terendah hingga tertinggi harus mengawasi ketat aktivitas di seputar rumah kos mahasiswa di daerahnya demi menjaga agar mahasiswa tidak terjerumus pada hal-hal yang bisa mengancam masa depannya. Apalagi saat ini pengelola rumah pondokan demi mendapatkan uang tidak melakukan pemisahan antara pemondok wanita dengan pria, sehingga sangat potensial memicu timbulnya praktek seks bebas.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah:

 Membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.

 Perubahan Nilai
Pola dan gaya hidup (Western way of live) sebagai konsekuensi moderenisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sekularisasi, telah menyebabkan perubahan-perubahan nilai kehidupan yang cenderung mengabaikan nilai-nilai moral etik agama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk nila-nilai hubungan seksual antar individu.
 Kegagalan Pendidikan seks
Kurikulum pendidikan seks (Sex Education) yang diberikan sekolah maupun di kampus ternyata tidak berhasil merubah sikap mental dan perilaku seksual mereka. Bahkan lebih mudah “memindahkan gunung” dari pada “merubah perilaku/gaya hidup suatu masyarakat”. Kegagalan pendidikan seks tersebut yang berdampak pada pola kehidupan seks bebas dikalangan remaja, mengakibatkan mereka sebagai generasi muda sedang memasuki ambang kehancuran (Generation in jeopardy).

C. Dampak dari perilaku seks bebas antara lain :
1. Kehamilan di luar nikah semakin meningkat,
2. Aborsi semakin meningkat.
3. .Anak-anak yang dilahirkan di luar nikah semakin meningkat,
4. .Penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS semakin meningkat,
5. Kekerasan seksual (pemerkosaan) semakinmeningkat.

D. Solusi Pencegahan Perilaku Seks Bebas
a. Memberikan pendidikan seks. Pemberian pendidikan seks kepada remaja sebaiknya dilakukan oleh teman sebaya yang terlatih dan terdidik dalam hal seks remaja.
Pemberian bantuan oleh teman sebaya lebih mudah diterima karena dibuka dengan cara yang lebih akrab dan disampaikan dengan bahasa mereka sendiri dalam hal ini tidak terkesan menggurui. Diharapkan dengan adanya pelatihan itu remaja akan belajar terbuka melalui dialog dengan teman sebaya suasana yang tercipta akan lebih rileks, lebih terbuka, komunikatif, dan mereka berada pada tingkat pengetahuan, pengalaman dan persepsi yang sama mengenai remaja.
Hal ini pun dapat dicegah dan dikendalikan apabila kita dapat memaksimalkan fungsi keluarga sebagai fungsi rohani dan biologis. Di fungsi rohani keluarga tersebut dapat memberikan arahan dan pengajaran yang cukup bermakna untuk kehidupan mereka. Mereka dapat mengenal Tuhan dengan lebih dalam sehingga mereka lebih terkontrol dalam perbuatan mereka karena mereka sadar segala tindakan mereka diawasi oleh Tuhan YME.

b. Memperjuangkan lahirnya PERDA (peraturan daerah). Berisikan larangan untuk hidup seatap tanpa ikatan nikah, melahirkan aturan yang ketat bagi pengelola rumah pondokan/ kos-kosan ataupun kontrakan, sehingga praktik kumupl kebo alias perzinaan dapat diberantas tuntas. Di samping itu razia-razia dan penggerebekan dari pihak yang berwenang perlu diintensipkan dan digiatkan lagi, agar praktek kumpul kebo dan zina serta kejahatan lainnya yang bersarang di kos-kosan di mana-mana itu dapat disapu bersih.











BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Kita harus segera sadar bahwa penyakit HIV/AIDS itu benar-benar merusak kita dan merusak bangsa kita sendiri, karena kita itu adalah tunas bangsa, generasi penerus bangsa ini. Dan kita harusnya malu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekhilafan kita yang pernah melakukan kemaksiatan dan segalanya. Marilah kita tingkatkan fungsi keluarga seutuhnya agar anggota keluarga kita semua tidak terjerumus dalam sesuatu yang buruk sehingga dapat menghancurkan dan menjelekkan masa depan remaja.

B. KRITIK DAN SARAN
“Manusia adalah letaknya segala khilaf dan salah, Allah lah tempat segala kebenaran dan kesempurnaan.” Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, pastinya banyak kekurangan, saran dan kritik konstruktif sangat diharapkan demi perbaikan ke depannya. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.






DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. dr. H. Dadang Harawi, psikeater. http://ibaddurahmanrobani.ngeblogs.com
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0108/01/daerah/anca19.htm