Mengenai Saya

Foto saya
sekarang aku adl mahasiswi smstr 5 yg mnjalani hari2ku d kota yg cukup asing (terdampar d makassar) d blog ni, aku hanya ingin share tugas kul aja.... semoga bermanfaat :)

Senin, 31 Mei 2010

LOGIKA; METODOLOGI BERPIKIR FILSAFAT

A. DEFINISI LOGIKA
Kata logika menurut kamus berarti cabang ilmu pengetahuan yang mengamati tentang prinsip-prinsip pemikiran deduktif dan induktif. Kata logika menurut istilahnya berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Maka untuk memahami apakah logika itu haruslah mempunyai pengertian yang jelas tentang penalaran, penalaran adalah suatu bentuk pemikirann yang meliputi tiga unsur, yaitu konsep pernyataan dan penalaran.

Dari segi etimologi, Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Istilah lain digunakan sebagai gantinya adalah “mantiq”, kata Arab yang diambil dari kata kerja “nathaqa” yang berarati berkata atau berucap.
Dalam buku Logicand Language of Education mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir benar, sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kersalahan dalam berfikir.
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa perkataan logika adalah berasal dari kata sifat “logike” (bahasa Yunani) yang berhubungan dengan kata benda logos, yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara pikiran dan kata yang merupakan pernyataannya dalam bahasa. Jadi logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Dari segi terminologi, Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Menurut Pratap Sing Mehra, logika adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan.

Ada pendapat lain, logika atau berpikir adalah berbicara dengan diri sendiri dalam batin, yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa dan membuktikan sesuatu, menunjukkan alas an-alasannya, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal itu berhubungan satu sama lain.

Menurut Irving M.Copy, dalam karyanya “Introduction to logic”(1972), Logika adalah penelaahan mengenai metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk memperbedakan penalaran yang baik dalam arti benar dari penalaran yang jelek dalam arti tidak benar.

Menurut Sissane K. Langer, dalam karyanya “An Introduction To Symbolic Logic”, Logic is to the philosopher what the telescope is the astronomer: an instrument of vision “ Logic is a tool of philosophical though as mathematics is a tool of physics.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu mantiq atau logika adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kseimpulan salah. Hal ini tentunya, disebabakan bahwa dalam berfikir, manusia tidak selalu benar serta acapkali terjerumus dalam sikap skeptis dan terjebak dalam kesalahan berfikir dengan tanpa terasa. Bahkan akal satu-satunya bentuk yang indah, karena akal paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, Allah swt selalu memuji orang-orang yang berakal sebagaimana firman-Nya dalm surat al-Baqarah ayat 164 dan surat Ar-Ra’d ayat 3-4. Atau sederhananya, ilmu ini bisa disebut pula sebagai studi sistematik tentang struktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang shahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja. Dengan demikian, maka tak heran jika Al-Farabi menjuluki ilmu logika atau mantiq ini dengan dasar ilmu-ilmu (raisul uluum), Ibnu sina menjulukinya sebagai khadim al-uluum, dan sebagian yang lain menjulukinya sebagai ilmu akal.

Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
• Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
• Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
• Air jugalah uap
• Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
• Petrus Hispanus (1210 - 1278)
• Roger Bacon (1214-1292)
• Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
• William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
• Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
• George Boole (1815-1864)
• John Venn (1834-1923)
• Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.






B. MACAM-MACAM LOGIKA
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Penyebab lahirnya logika ilmiah ada 2 yaitu ;
• Kemampuan berlogika secara alami yang sangat terbatas
• Permasalahan yang dihadapi manusia yang semakin kompleks
Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:

1. Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan
berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan
Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu
Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih
mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
2. Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni
logika yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
3. Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan
induktif) dan Logika Material.

Pembagian logika
Logika menurut The Liang Gie (1980) terbagi menjadi lima bagian:
1.Logika makna luas dan logika makna sempit
Dalam arti sempit istilah tersebut dipakai searti dengan deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan di susun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
2.Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas pelajaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.

3.Logika Formal dan Material
Logika formal adalah mempelajari asas aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan benar mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Dan sekarang, logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah cara berfikir untuk mencapai kebenaran.

4.Logika Murni dan Terapan
Logika murni adalah merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu dari sitilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.


5.Logika Falsafati dan Matematik
Logika falsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan sangat erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

C. KOMPONEN LOGIKA
 Pengertian, ide a tau konsep, pengertian adalah hasil penangkapan hakikat objek. Jadi, mengerti berarti menangkap hakikat objek (yang dimengerti), juga dapat disebut ide.
 Keputusan atau pendapat.
 Penalaran atau pemikiran.
Dalam teori logika dikenal adanya suatu pernyataan atau preposition. Preposition merupakan komponen logika dasar yang dilambangkan dengan huruf dan memiliki nilai kebenaran true atau false. Preposition dideklarasikan dengan sebuah kalimat tertutup yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan lengkap akan suatu keadaan. Dua preposition atau pernyataan ini dapat dihubungkan dengan penghubung tertentu yang menghasilkan kalimat logika. Interpretasi merupakan pemberian nilai kebenaran pada setiap pernyataan atau preposition dalam suatu kalimat logika. Sebuah kalimat logika dapat dianalisa kebenarannya dengan aturan semantik. Aturan semantik memproses setiap hubungan-hubungan atar pernyataan yang ada dalam suatu kalimat sehingga diketahui kebenaran dari kalimat tersebut.

D. PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN
Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli estimologi dan para ahli filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertitik tumpu pada akal atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan atau wahyu atau bahkan semua alat tidak dipercayainya sehingga semua harus diragukan seperti yang dilakukan oleh faham skeptisme yang ekstrim di bawah pengaruh Pyrrho.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut:
1.The correspondence theory of truth.
Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya.
2.The consistence theory of truth
. Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
3.The pragmatic theory of truth.
Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.
Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin.

Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu:
1.Kebenaran wahyu
2.Kebenaran spekulatif filsafat

3.Kebenaran positif ilmu pengetahuan

4.Kebenaran pengetahuan biasa.




Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-rubah dan berkembang.
Sumber-sumber Pengetahuan
 Pengetahuan Langsung. Pengetahuan yang langsung diperoleh, yaitu dari sumber eksternal dan sumber internal.
 Pengetahuan Hasil dari suatu konklusi. Pengetahuan konklusi adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan dari data empirik/indrawi.
 Pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan otoritas. Pengetahuan kesaksian dan otoritas adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian dari orang lain/berita orang yang bisa dipercaya.



Menurut Louis Q. Kattof, sumber pengetahuan ada 5, yaitu:
 secara empiris yang melahirkan aliran empirisme
 secara rasio yang melahirkan aliran rasionalisme
 secara fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi
 secara intuisi yang melahirkan aliran intusionisme
 secara metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasionalisme dan empirisme
Jenis-jenis Pengetahuan
 pengetahuan biasa
 pengetahuan ilmu
 pengetahuan filsafat
 pengetahuan agama










BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, di antaranya adalah:
a) .Logika dapat diartikan sebagai ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kseimpulan salah. Atau sederhananya, ilmu ini bisa disebut pula sebagai studi sistematik tentang struktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang shahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja.
b) Dalam sejarahnya logika muncul secara resmi dan tersusun pada saat Aristoteles melakukan reaksi terhadap paham Shopis yang telah membuat kekaburan dalam masyarakat dengan pemikirannya yang sesat.
c) .Obyek logika dapat dibedakan menjadi logika formal (Manthiq As-Shuari) dan logika material (al-Manthiq al-maddi). Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal. Cara berfikir induktif dipergunakan dalam logika material. Logika formal disebut juga logika minor dan material disebut juga logika mayor.
Sedangan pembagian logika dapat dikelompokkan menjadi (a) logika makna luas dan logika makna sempit, (b) logika deduktif dan induktif, (c) logika formal dan logika material, (d) logika murni dan terapan, (e) logika falsafati dan logika matematik.

d) Manfaat yang paling asasi mempelajari ilmu logika adalah untuk membuat seseorang mampu membedakan antara berpikir yang benar dan oleh karenanya akan menghasilkan kesimpulan nyang benar dan terhindar dari kesimpulan yang salah.
B. SARAN DAN KRITIK
Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Begitu pula dengan penulis, kepada pembaca yang budiman mohon saran dan kritik konstruktifnya demi pengembangan yang lebih baik ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.











Minggu, 30 Mei 2010

ORGANISASI

A. Arti pentingnya asas organisasi

1. Perumusan tujuan dengan jelas (formulation of the objektive).
Tujuan organisasi harus terlebih dulu ditetapkan sebab tanpa ditentukan terlebih dulu, kita akan mengalami kesulitan dalam melakukan macam kegiatan.
Apa bila tujuan telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan itu dengan terperenci agar menjadi cukup jelas. Dengan dirumuskan tujuan, maka kesalatafsiran dapat dihindari sejauh mungkin.

2. Pembagian Pekerjaan/ kegiatan(division or works).
Kegiatan dan pekerjaan yang bermacam-macam itu harus digolong-golongkan atau dikelompkan. Setaiap orang mendapat pekerjaan tertentu atau sekelompok pekerja teretentu sesuai dengan keahliannya. Apabila pengelompokan pekerjaan itu diwujudkan dalam unit-unit kerja maka itu dinamakam departemenisasi

Azas-Azas Pokok Organisasi
Agar oranisasi dapat mencapai tujuannya dengan efektif dan efisien, ada beberapa azas pokok yang dapat dijadikan pedoman, antara lain :
1. Perumusan Tujuan
2. Pembagian Tugas Pekerjaan
3. Pendelegasian Kekuasaan
4. Rentang Pengawasan
5. Tingkat Pengawasan, dan
6. Kesatuan Perinta dan Tanggungjawab

Beberapa manfaat organisasi yaitu:

1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.

2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.


Tujuan
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.


I. Definisi Organisasi
Istilah Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani, yang berarti alat. Definisinya telah banyak dikemukakan orang, salah satunya adalah Paul Preston dan Thomas Zimmer, “Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.”


B. Pendapat para ali tentang organisasi
1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

4. Stephen P. Robbins, Organizational Behaviour, 1991 mendefinisikan Budaya Organisasi sebagai persepsi umum yang dibentuk oleh anggota organisasi untuk membedakan organisasi tersebut dari organisasi lain atau dapat juga dikatan “aturan main” dalam organisasi tersebut.

5. Richard A. Shweden (Harrison dan Huntungton, 2000) mengartikan Budaya Organisasi sebagai gagasan-gagasan yang bersifat khusus dari suatu masyarakat berkaitan dengan hal-hal yang dianggap benar, baik, indah dan efisien yang harus disosialisasikan dan dibiasakan secara turun temurun.

6. Menurut Prof. Sukanto Reksodiprojo M.Com, PhD, bahwa “Koordinasi dalam orgsnisasi merupakan proses peningkatan kegiatan khusus individu dan kelompok satu dengan yang lainnya dan menjamin tercapainya tujuan bersama

7. Salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan adalah motivasi kerja personil. Yang paling menetukan adalah tindakan pimpinan, karena setiap pimpinan memiliki peluang untuk menciptakan iklim organisasi yang dipimpinnnya.
Motivasi menurut Greenberg dan Baron (1993) adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan dan memelihara perilaku manusia ke arah pencapaian suatu tujuan.

8. Oganisasi dalam arti dinamis menurut Drs. M.Mnulang adalah suatu proses penetapan dan pembagian kerja yang akan dilakukan, pembagian tugas-tugas serta wewenang dan penetapan hubungan antar unsur-unsur organisasi, sehinga memungkinkan orang dapat bekerja bersama-sama seefektif untuk mencapai tujuan. Secara singkat organisasi adalah suatu pembuatan diferensiasi tugas-tugas


9. Talcott Parson membedakan organisasi bersarakan kebutuhan sosial sebagai berikut:
a. Oraganisasi ekonomi ( economic oagnization)
tujuannya mendapat keuntungan dari produksi atau jasa yang dihasilkan, tanpa merupakan segi sosial. Contohnya pabrik tekstil yang juga mengadakan poliklinik.

b. Orgasisasi politik (political oganization)
Kegiatan dibidang pembagian kekuasaan, pengambilan keputusan, pengaruh-mempengaruhi pemerintah. Contohnya partai politik.

c. Oragnisasi pengapdian massa rakyat ( integartive organization)
tujuannya mengadikan diri untuk kepentingan massa rakyat. Contonya rumah sakit, yatim piatu, yayasan sosial.
d. Organisasi pelestarian ( petter maintenance organisation)
tujuan melestarikan dan memelihara kesenian, pendidikan, kebudayaan dan lai-lain.

Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.


Dalam setiap organisasi terdapat 3 unsur dasar, yaitu :
Orang- orang (sekumpulan orang);
2. Kerjasama
3. Tujuan yang akan dicapai.


C, Uraian
Perumusan Tujuan Yang Jelas
Tujuan merupakan sesuatu atau sasaran yang hendak dicapai. Karena tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi maka tujuan tersebut harus dicapai melalui kerja sama sekelompok orang. Tujuan organisasi itu harus dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas. Hal ini penting karena alasan sebagai berikut:
Tanpa tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan mempunyai arah.
Tanpa tujuan yang jelas, organisasi tidak ada artinya dan hanya akan menimbulkan pemborosan belaka.
Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan bentuk dan struktur organisasi.
Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan jumlah dan penempatan pegawai.
Tujuan yang jelas akan memberikan perangsang kerja pada para anggota organisasi.
Tujuan yang jelas akan mempermudah pelaksanaan koordinasi, karena mereka menyadari bahwa semua anggota organisasi bekerja ketujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi.
Tujuan yang jelas merupakan awal dari penetapan strategi, siasat, metode dan prosedur yang akan dipergunakan.
Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada organisasi untuk bergerak.

Dalam menetapkan tujuan organisasi hendaknya hal-hal berikut ini diperhatikan:
Tujuan harus selalu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan perkembangan organisasi.
Tujuan organisasi harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap anggota, dan dicamkan benar-benar, sedalam-dalamnya dalam jiwa mereka. Dengan memahami tujuan anggota organisasi, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh para anggota, yaitu:
Para anggota dapat mengetahui dan menyadari apa yang sebenarnya diharapkan oleh organisasi dari para anggota.
Para anggota organisasi dapat mengetahui dan memahami apa yang akan diperoleh dari organisasi.
Para anggota organisasi mengetahui apakah organisasi yang bersangkutan dapat memahami kebutuhannya.
Para anggota organisasi dapat mengetahui apakah organisasi yang bersangkutan dapat menyalurkan aspirasinya.
Tujuan organisasi harus dapat diterima oleh para anggota. Apabila tujuan organisasi itu dapat diterima oleh para anggota, hal ini berarti para anggota organisasi mempunyai keyakinan bahwa tujuan pribadi mereka pun akan dapat tercapai sehingga tujuan mereka dapat dengan mudah digerakkan.
Dalam merumuskan tujuan hendaknya dibedakan antara tujuan utama, tujuan sekunder, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, tujuan organisasi dan tujuan pribadi.

Tujuan Utama
Tujuan utama disebut juga tujuan pokok atau tujuan tunggal, adalah tujuan yang menyebabkan timbulnya organisasi. Tujuan utama atau tujuan pokok adalah tujuan yang menjadi dasar dibentuknya organisasi. Menurut jenis organisasi yang didirikan, tujuan utama atau tujuan pokok dapat dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya tujuan mendapat keuntungan, tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi para angora, dan tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyarakat.
dalam pemberian pelayanan kepentingan umum, misalnya: telekomunikasi (dalam bidang komunikasi), Bank Tabungan Negara (Persero) (dalam bidang penyediaan kredit perumahan rakyat), Perusahaan Air Minum (dalam penyediaan air bersih), dan lain sebagainya.

Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. Kadang-kadang tujuan akhir merupakan tujuan abstrak karena kurang jelas. Misalnya tujuan masyarakat adil dan makmur. Sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana bentuk dan wujud dari pada masyarakat adil dan makmur tersebut. Tujuan jangka panjang dapat pula diukur dengan jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan akhir, misalnya waktu 25 tahun sampai dengan 30 tahun.

Tujuan Organisasi dan Tujuan Pribadi
Tujuan organisasi adalah tujuan yang telah ditentukan dalam konsep tujuan organisasi oleh organisasi yang bersangkutan. Tujuan pribadi merupakan tujuan setiap individu yang ada dalam organisasi.
Pada dasarnya setiap individu yang ada dalam organisasi sudah mempunyai konsep tentang tujuan pribadi. Antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi harus ada kesesuaian sehingga akan memperoleh manfaat timbal balik.

Departemenisasi
Yang dimaksud dengan departemenisasi adalah proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok pekerjaan yang sejenis. Kelompok pekerjaan yang sejenis dinamakan sebagi fungsi. Setiap fungsi merupakan tugas dan tanggung jawab dari suatu unit tertentu dalam organisasi. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa departemenisasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu. Pengelompokan pekerjaan atau fungsi merupakan dasar dari pada penyusunan organisasi. Departemenisasi dapat disusun atas dasar sebagai berikut:
Departemenisasi atas dasar fungsi disebut departemenisasi fungsional.
Departemenisasi atas dasar produk disebut departemenisasi produk.
Departemenisasi atas dasar teritorial disebut departemenisasi teritorial.
Departemenisasi atas dasar proses disebut departemenisasi proses.
Departemenisasi atas dasar pelanggan disebut departemenisasi pelanggan.
Departemenisasi atas dasar campuran dari berbagai asas departemenisasi disebut departemenisasi campuran.
tambahan.

Departemenisasi proses tidak hanya dapat diterapkan pada sebuah pabrik atau industri, tetapi juga dapat diterapkan dalam organisasi perkantoran. Organisasi bagian keuangan juga dapat disusun atas dasar proses. Tugas bagian keuangan antara lain menerima, mengeluarkan dan menyimpan uang. Kegiatan pada bagian keuangan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan, misalnya:

Kegiatan verifikasi, yang meliputi kegiatan penagihan dan pengecekan atas kelengkapan persyaratan pengeluaran uang,
Mengeluarkan dan menerima uang dilakukan oleh kasir.
membukukan semua penerimaan dan pengeluaran, serta semua alat yang dibeli oleh organisasi, dengan mempergunakan suatu sistem pembukuan tertentu.

kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan

Dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, kata “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan Itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusla yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Dalam Webster’s New World Dictionary of the American Language/ kata leadership adalah the position or guidance of a leader atau “the ability to lead”, dan kata leader adalah “a person or thing that leades; directing, commanding, or guiding head, as a group or activity”.
Dalam buku psikologi antara lain dikatakan bahwa “leadership is a relation of an individual to a group, established in the interests of achieving ,some end”. Bayangkan bahwa jumlah kelompok itu banyak, begitu juga jumlah tujuan itu banyak dan cara mencapainya pula. Dalam buku Foundations of Psychology itu dinyatakan bahwa seorang pem.impin yang sukses tergantung dua syarat dalam garis besarnya. Pertama, bahwa pemimpin itu “must share the values, attitudes and interests of the group. This psychological similarity is necessary for the identification of the followers with the leaders”. Syarat kedua, adalah bahwa kualitas pemimpin itu lebih tinggi dari para pengikutnya, akan tetapi tetap bersifat komunikatif dengan yang dipimpinnya.
Para penulis buku kepemimpinan di Indonesia, antara lain seperti Drs. Wahyo Sumidjo, Prof. Pamudji, Ir. Suyamto, dan Iain-lain, dalam gar is besarnya membahas tentang definisi kepemimpinan.
1) Ralph Mtogdill (1950)
Leadership is a process of ipfluencing the activities of an organized group in its task of goal setting and goal achievement”.
2) Fred E, Fiedler (1967)
“Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement”. *
3) Martin J. Gannon (1982)
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in organization”.
4) Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard (1982)
Leadership is the process of influacing the activities of an individual or a group in efforts toward goal achievement in a given situation”.
5) George R. Terry (1972)
“Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires”.
6)Robert Tennenbaum, Irving R. Weschler dan Fred Massarik (1961). “We define leadership as interpersonal influence, exercise in situation and directed through the communication process, toward the attainment of a specific goal or goals”.
7)Richard N. Osborn, James G. Hunt dan Lawrence R Jauch (1980)
- “Leadership – all ways in which one person exert influence over others”.
8) R.D. Agarwal (1982)
“Leadership is the art of influencing others to direct their will, abilities and efforts to the achievement of leader’s goals. In the context of organization, leadership lies in influencing individual and group effort toward the optimum achievement of organizational objectives”.
9) Harold Korntz & Cirill O’Donnell (1976)
“Leaderships in the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”.

Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa perumusan tentang kepemimpinan bertitik tolak pada tiga hal. Pertama, ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin. Kedua, ada yang memberikan penekanan kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin. Ketiga, Mda yang memberikan penekanan kepada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.

Leadership dan Headship
Pada umumnya kata leadership diterjemahkan sebagai Kepemimpinan, tetapi headship sebaiknya diterjemahkan sebagai apa? Leadership dapat ditafsirkan dalam dua pengertian. Pertama, meliputi pengertian headship dan kedua, leadership ditafsirkan berbeda dengan headship.
Bass misalnya mendefinisikan leadership dalam arti luas, dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Akan dapat puladidef.inisikan secara lebih sempit, seperti misalnya yang dilakukan oleh C.A Gibb (1969), yang membedakan antara leadership dengan headship sebagai berikut:
1)Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.

2)Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.

3)Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.

4)Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.

5)Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
Sedangkan kewibawaan seorang kepala (the head) timbul karena adanya kekuasaan dari luar kelompok yang mendukung seseorang itu terhadap kelompok yang bersangkutan, yang tidak dapat disebut sebagai para pengikut sesungguhnya. Mereka menerima dominasi kepalanya (headship) dalam hal penderitaan suatu hukuman (punishment) daripada upaya pengikutnya dalam arti menginginkan hadiah (reward).

Kochan, Schmidt dan de Cotties (1975), menurut Bass, setuju dengan pendapat Gibb karena mereka melihat bahwa para manajer, para pemimpin pelaksana, para pejabat dan Iain-lain dalam kenyataannya lebih banyak melakukan berbagai hal, lebih dari sekedar hanya memimpin saja. Kita tak dapat menafsirkan begitu saja bahwa, misalnya seseorang yang mengikuti semua tatacara seremonial dalam anggota. Akan tetapi menurut definisi yang lebih luas, bagi Bass (1960) pimpinan/seorang kepala (head) adalah merupakan konsekuensi dari kedudukan (status) mereka, jadi merupakan suatu kekuasaan dari jabatan yang dipegangnya. Tanpa kedudukan semacam itu, para pemimpin (leader) masih dapat mencapai tujuan, apabila kekuasaannya itu betul-betul sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok yang dipimpinnya.
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship). Pengertian kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik antara bawahannya.

Dari pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas bahwa kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau perintah-perintahnya.
Dengan kata lain, membicarakan tentang kepemimpinan, kita akan berbicara tentang pemimpin, tentang yang dipimpin, tentang interaksi keduanya, tentang tujuan yang hendak dicapai, tentang situasi, tentang sekelompok orang yang berada dalam, satu organisasi tertentu.
Ini berarti kita perlu mengetahui secara singkat tentang apa organisasi itu. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang, yang diadakan untuk mencapai tujuan bersaiqa. Di samping tujuan syarat terbentuknya organisasi juga adanya hubungan, kemauan dan kesesuaian para anggota untuk bekerja sama. Bentuk organisasi bisa formal dan informal, begitulah antara lain pengertiannya secara singkat menurut Ensiklopedi Indonesia, jilid 4. Darwin Cartwright, merumuskan organisasi sebagai “an arrangement of interdependen parts, each having a special function with respect to the whole”. Studi mengenai organisasi manusia ini juga merupakan studi khusus yang mendalam dan roeluas, seperti tergambar dalam buku Handbook of Organizations, dengan editor James G. March . Dalam bab 1, Darwin Cartwright, “influence leadership control”. la berbicara tentang orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi dan tentang orang-orang yang dipengaruhi.

Studi tentang orang yang berpengaruh ini atau the agent exerting influence Darwin Cartwright menyimpulkan bahwa: “Most theoriets agree/ however, that a major base of influence is the possession, or control, of valued resources, provided these can be used to facilitate or kinder the goal attainment of an other agent”. Di samping pentingnya sumber tertentu yang dipunyai oleh pemimpin, ia perlu motivasi untuk menjawab mengapa ia mau dan mampu mempengaruhi orang-orang lain. Tujuan kelompok itu juga merupakan tujuan pemimpin itu, tetapi tidak dengan sendirinya, sebaliknya dalam arti tidak semua tujuan yang akan dicapai pemimpin itu dengan sendirinya adalah juga tujuan kelompok itu. Ini disebabkan karena kebutuhan, kesempatan, motivasi tujuan dan harapan pemimpin sebagai pribadi dapat lebih banyak, dan lebih majemuk dari kelompok yang dipimpinnya pada umumnya. Mengenai teknik mempengaruhi telah dilakukan berbagai studi, misalnya Russel (1938), Gilman (1962), Hartanyi (1962). Tentang kelompok yang dipimpin telah dilakukan berbagai studi pula misalnya oleh: Kahn dan Katz (1960), Likert (1961), Argyris (1957).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas ketiga hal tersebut secara singkat. Pertama, tentang orang yang berpengaruh dalam organisasi. Banyak teori yang mengemukakan bahwa dasar sumber daya yang dipunyai seorang pemimpin itu dapat terdiri atas: “all the resources opportunities, acts, objects, etc. That he can exploit in order to effect the behavior of another”. Tetapi hal ini perlu jelas, bahwa tidak semua sumber daya itu dengan sendirinya akan d.ijadikan sebagai alat kekuasaan. Schulze (1958) menyimpulkan bahwa ” One should not assume the necessity of any neat, constant, and direct relationship between power as a potential for determinative action, and power as determinative action, itself”. Lippits dan kawan-kawan membedakan .istilah “behavioral contagion” yaitu tingkah laku meniru secara spontan tanpa ada yang menyuruh dan istilah “direct influence”, yaitu tingkah laku seseorang yang secara sadar dan sengaja untuk mempengaruhi kelompok sasarannya agar mengikuti tingkah lakunya.

Kedua, mengenai teknik mempengaruhi. Russel (1938) dalam menganalisa kekuasaan dalam masyarakat membedakan tiga cara mempengaruhi orang lain dengan jalan (a) secara fisik (by dirrect physical power over his body), (b) dengan memberi hadiah atau hukuman (by rewards and punishments employed) dan (c) dengan mempengaruhi pendapatnya (by influence on opinion). Gilman (1962) menampilkan empat metode, yaitu (a) paksaan (coercion), (b) manipulasi manipulation), (c) otoritas (authority) dan (d) persuasi (persuasion). Harsanyi 1962)
lebih tertarik pada pengaruh di bidang ekonomi, melihat empat cara pula (a) dengan insentif (incentives), (b) dengan hadiah dan ‘hukuman (rewards and punistmends), (c) dengan memanipulasi informasi (supply information or misinformation) dan (d) dengan menggunakan kekuasaan (authority).

Ketiga, mengenai kelompok yang dipimpin. Kahn dan Katz (1960) dan Likert (1961) telah menyusun rangkuman dari sejumlah penelitian yang menyangkut mengenai “the effects of closenees of supervision”. Studi ini menunjukkan bahwa penyelia (supervisor), ternyata berbeda dalam hal misalnya seberapa sering mereka mengecek bawahannya/ atau seberapa sering member.! instruksi, atau seberapa luas kebebasan yang diijinkan sepanjang menyangkut jumlah kerja dan pilihan metoda. Makin umum corak supervisinya akan makin kurang dekat kelompok yang dipimpin.
Sebenarnya, dalam buku kepustakaan yang menyangkut organisasi umumnya yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan dan pengawasan pada khususnya telah banyak diteliti. Dan hal ini tak mungkin diungkapkan semuanya di sini. yang penting telah mempelajari sekedarnya tentang pengertian kepemimpinan, tentang definisinya, tentang studi mengenai organisasi, tentang studi mengenai orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi, dan kelompok yang menjadi ’sasaran pengaruh sekedarnya.
Seperti telah disinggung di muka, bahwa kepemimpinan yang kita pelajari dalam hal ini, adalah salah satu bagian ilmu sosial yang dalam garis besarnya dipelajari secara interdisipliner sebagai cabang ilmu administrasi, ilmu manajemen dan ilmu pemerintahan, Jadi bukan kepemimpinan di bidang lain, mengingat hal ini telah berkembang menyangkut berbagai jenis kepemimpinan.

Kepemimpinan di bidang ilmu administrasi
Dalam kata administrasi, terkandung pengertian tentang segala proses pelaksanaan tindakan kerjasama “sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”, begitu menurut Ensiklopedi Indonesia. Apabila ini diterapkan pada organisasi yang bernama negara, maka kita dapat menggunakannya secara lebih khusus, yaitu administrasi negara. Secara historis, administrasi negara di Indonesia, dahulu digunakan dengan kata “administratie” dalam bahasa Belanda atau dalam bahasa Inggris, lazimnya digunakan kata “public administration”. Sudah jelas, artinya secara khusus akan berbeda, karena tujuan negara Republik Indonesia tidak sama dengan negara lain, akan tetapi secara akademik, ada bagian-bagian yang bersifat universal. Sebagai contoh dapat dikatakan, bahwa pada umumnya dalam derajat tertentu tujuan suatu negara adalah memberikan pelayanan kepada warga negaranya, keluarga dan mfesyarakat dari negara yang bersangkutan.
Oleh karena itu, apabila kita membicarakan kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, kita akan berbicara tentang organisasi yang disebut negara, tentang manusianya, yang disebut aparatur negara, dan tentang tata kerjanya sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja yang berlaku dalam negara itu, dalam arti yang seharusnya ditaati oleh aparatur dan warganegaranya.
Jadi membahas kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan, prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan.
Robert L. Peabody dan Francis E. Rourke, te.lah menulis tentang penelitian yang menyangkut public bureaucracies di negara-negara yang makin majemuk administrasinya. Dalam garis besarnya, studi tentang kepemimpinan telah makin mendekati. Mereka membedakan antara istilah leadership dan authority. Leadership lebih komprehensif daripada authority. Di samping itu leadership perlu dibedakan lagi sebagai kualitas pribadi dan leadership sebagai fungsi organisasi. Bavelos menjelaskan perbedaan ini sebagai berikut:
“The first refers to a special co.noination of personal
ciiaracteristics; the second refers to the distcibution throughout
an organisation of decision, making powers”.
Yang pertama, mengacu pada kualitas dan kemampuan pribadi; sedang yang kedua mengacu pada pola-pola kekuatan dan kekuasaan da lain ocganisasi yang bersangkutan. Keduanya penting dan berguna,, akan tetapi k.ifea perlu sadar membicarakan dalam arti yang mana dan mengetahui dalam kondisi .apa keduanya perlu dipertimbangkan bersama agar dapat ineitiahami situasi cirganisasi yang bersangkutan secara khusus.
Banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang telah meneliti dan menyusun berbagai teori mengenai perilaku organisasi, misalnya seperti Bernard (1933), Blan & Scott (1962), Etzioni (1961) dan lain sebagainya.
Sepanjang menyangkut birokrasi public lingkungan sangat perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya sangat besar dalam pelaksanaannya.

PENGERTIAN PEMIMPIN
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.

Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
o Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
o Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
o Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
o Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.

Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-
tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

Kriteria Seorang Pemimpin
Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
1. Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan
sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang
pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata:
Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh). Mother Teresa dan Lady
Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya pengaruh.
2. Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa
kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang
mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini
menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu
mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan.
3. Wewenang : Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan.
Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh pimpinan apabila sang
pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4. Pengikut : Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.

Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner: Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag) dirinya sendiri,
namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang yang
dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.

3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous): Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan meningkat.

4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa depan: Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan Sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.

Persyaratan Pemimpin
Di dalam Islam seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat:
1. S1DDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan
2. FATHONAH artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional
3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.

Di dalam Alkitab peminipin harus mempunya sifat dasar :
Bertanggung jawab, Berorientasi pada sasaran, Tegas, Cakap, Bertumbuh, Memberi Teladan, Dapat membangkitkan semangat, Jujur, Setia, Murah hati, Rendah hati, Efisien, Memperhatikan, Mampu berkomunikasi, Dapat mempersatukan, serta Dapat mengajak.

Pada ajaran Budha di kenal dengan DASA RAJA DHAMMA yang terdiri dari :
• DHANA (suka menolong, tidak kikir dan ramah tamah),
• SILA (bermoralitas tinggi),
• PARICAGA Imengorban segala sesuatu demi rakyat),
• AJJAVA (jujur dan bersih),
• MADDAVA (ramah tamah dan sopan santun),
• TAPA (sederhana dalam penghidupan),
• AKKHODA (bebas dari kebencian dan permusuhan),
• AVIHIMSA (tanpa kekerasan)
• KHANTI (sabar, rendah hati, dan pemaaf),
• AVIRODHA (tidak menentang dan tidak menghalang-halangi).

Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan istilah-istilah:
• PANCA STITI DHARMENG PRABHU yang artinya lima ajaran seorang pemimpin,
• CATUR KOTAMANING NREPATI yang artinya empat sifat utama seorang pemimpin
• ASTA BRATlA yang artinya delapan sifat mulia para dewa,

CATUR NAYA SANDHI yang artinya empat tindakan seorang pemimpin, Dalam
Catur Naya Shandi pemimpin harus mempunyai sifat yaitu :
- SAMA /dapat menandingi kekuatan musuh
- BHEDA /dapat melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja
- DHANA /dapat mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat
- DANDHA / dapat menghukum dengan adil mereka yang bersalah.

Trait Theory (Keith Davis)
Ciri Utama Pemimpin Yang Berhasil
• Intelegensia
• Kematangan Sosial
• Inner Motivation
• Human Relation Attitude

Ciri-Ciri Pemimpin Sukses ( Stogdill; 1974)
• Adaptable To Situations
• Alert To Social Environment
• Ambitious And Achievement Oriented
• Assertive
• Cooperative
• Decisive
• Dependable
• Dominant (Desire To Influence Others)
• Energetic (High Activity Level)
• Persistent
. Self-Confident
• Tolerant Of Stress
• Willing To Assujne Responsibility

Skills Pemimpin Sukses (Stogdill; 1974)
. Clever
. Conceptually Skilled
• Creative
• Diplomatic And Tactful
• Fluent In Speaking
• Knowledgeable About Group Task
• Organized (Administrative Ability)
• Persuasive
• Socially Skilled


Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1) kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2) di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3) adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan :
1. Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(Jacobs & Jacques, 1990, 281)

4. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
(Slamet, 2002: 29)

5. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
(Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7)

6. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)

7. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).

8. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
( Ngalim Purwanto ,1991:26)

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utatna seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan:
1. Pendayagunaan Pengaruh
2. Hubungan Antar Manusia
3. Proses Komunikasi dan
4. Pencapaian Suatu Tujuan.

Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi yang dikemukakan di atas, adalah:
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup : Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, beJajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan : Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif : Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;

a. Percaya pada orang lain : Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk
staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan
pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan : Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.

Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan : Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi : Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi
adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang,
atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri : Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.

Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
1) pemahaman materi;
2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
3) mengajar materi kepada orang lain;
4) mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5) memonitoring hasil;
6) merefleksikan kepada hasil;
7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
8) pemahaman baru; dan
9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern diantaranya :

1. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

2. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

3. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

4. C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

5. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33)
Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

6. Sam Walton
Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.

7. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

8. Rosalynn Carter
“Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.

9. John Gage Allee
Leader…a guide;a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

10. Jim Collin
Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.

11. Modern Dictionary Of Sociology (1996)
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

12. C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan didalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai titik pusat.

13. I. Redl dalam “Group Emotion and Leadership”.
Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik pusat yang mengintegrasikan kelompok.

14. J.I. Brown dalam “ Psychology and the Social Order”.
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.

15. Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”.
Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
- Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan.
- Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.
16. Dr. Phil. Astrid S. Susanto
Pemimpin adalah orang yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap sekelompok orang banyak.
17. Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada)
Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.